anak mbah ledjar sulastri. 2017 Merdeka.com/purnomo edi
Seniman bernama Ledjar Subroto atau dikenal dengan nama Mbah Ledjar tutup usia pada Sabtu (23/9) pukul 11.55 WIB. Mbah Ledjar yang dikenal sebagai dalang wayang kancil mencurahkan hidupnya untuk memajukan dunia seni pewayangan.
Lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, 20 Meomi 1938, Mbah Ledjar merintis karirnya di dunia pewayangan dengan mengikuti dalang wayang yang sedang pentas. Berawal dari kerap ikut dalang tersebut, Mbah Ledjar pun makin menggeluti dunia pewayangan.
Lulusan Sekolah Rakyat (SR) ini pun kemudian memilih pindah ke Yogyakarta untuk menekuni dunia pewayangan. Di awal karirnya, Mbah Ledjar lebih dulu terjun di dunia wayang orang. Sepindahnya ke Yogyakarta, Mbah Ledjar pun beralih menjadi wayang ukir.
Dari tangannya, kemudian melahirkan karya wayang Sultan Agung di tahun 1987, wayang kontemporer pada 2002 dan 2004 dan terakhir wayang kancil. Wayang kancil inilah yang kemudian melambungkan nama Mbah Ledjar.
Menurut menantu Mbah Ledjar, Supriantoro, wayang kancil sudah dibuat oleh Mbah Ledjar sejak tahun 1980. Tokoh ikonik berupa kancil ini tak hanya dibuat tetapi dipentaskan oleh Mbah Ledjar ke berbagai wilayah.
"Sampai sebelum meninggal bapak masih mementaskan wayang kancil. Wayang ini dipentaskan di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, bapak rutin pentas di Belanda setiap tahunnya," ungkap Suptiantoro saat ditemui di rumah duka yang berada di Jalan Mataram nomor 130, Suryatmajan, Kecamatan Danurejan, Yogyakarta, Sabtu (23/9) malam.
Atas kiprahnya di dunia seni pewayangan, Mbah Ledjar banyak menorehkan penghargaan ketika itu. Penghargaan itu di antaranya Penghargaan Gatra (1995), Penghargaan Seni Pemda DIY (1997), Tokoh terpilih Bidang Seni dan Budaya Kota Yogyakarta (2008), Lifetime Achievement Award Biennale Jogja X 2009, dan beberapa penghargaan lain baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Berbagai foto penghargaan itu terpampang di kediamannya Mbah Ledjar. Dari bersalaman dengan Presiden Soeharto, penghargaan dari Pemerintah DIY, hingga foto pementasannya bertajuk 'Indonesian Day 2009' di Bremen, Jerman.
"Banyak penghargaan bapak. Dari dalam maupun luar negeri. Bapak juga dapat penghargaan dari Presiden Soeharto waktu itu. Karena faktor usia, bapak setahun belakangan ini sudah tidak terlalu banyak melakukan pementasan. Terakhir pentas di Wates tiga bulan yang lalu bersama Didik Nini Thowok. Kemudian awal tahun yang lalu juga sempat manggung di kawasan wisata Huran Pinus Imogiri," urai Supriantoro.
Di akhir hajatnya, Mbah Ledjar meninggalkan tiga orang anak, empat cucu dan seorang cicit. Menurut pihak keluarga, Mbah Ledjar akan dimakamkan di makam khusus seniman yang berada di Imogiri, Bantul pada Minggu (24/9) pukul 13.00 WIB.
.
Fri Jun 10, 2022 5:19 pm by dodolan
» Buah - Varau
Thu Dec 24, 2020 12:09 pm by kabaena
» 41 Istilah Pendakian
Wed Jan 23, 2019 11:19 am by kabaena
» Kabaena Kampo Tangkeno
Sat Oct 27, 2018 9:36 am by kabaena
» 5 Manfaat Ubi Jalar untuk Kesehatan Tubuh
Fri Oct 26, 2018 11:17 am by fla
» Berapa biaya sewa pesawat pribadi atau helikopter?
Wed Oct 24, 2018 10:05 am by fla
» Cara menggunakan 1 akun WhatsApp di 2 smartphone android
Fri Oct 12, 2018 7:32 am by kabaena
» Cara Mudah Membuka Proteksi Password Microsoft Office Excel Tanpa Software
Wed Sep 12, 2018 10:42 am by kabaena
» Serial Number NERO 6
Mon Sep 10, 2018 9:36 am by kabaena