Forum Kabaena™

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Berbagi Kabar & Info Disini - Follow Twitter @spiritualz_ dan @kabaena_

INFO UNTUK ANDA

Forum ini ada di Facebook

Share via Twitter

Follow Me : @kabaena_

Image hosted by servimg.com

Instagram Kabaena

Instagram

Kabaena Mailing List

Masukan Email Kamu:

Ngobrol Via Twitter

Latest topics

» HDD External New
Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi EmptyFri Jun 10, 2022 5:19 pm by dodolan

» Buah - Varau
Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi EmptyThu Dec 24, 2020 12:09 pm by kabaena

» 41 Istilah Pendakian
Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi EmptyWed Jan 23, 2019 11:19 am by kabaena

» Kabaena Kampo Tangkeno
Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi EmptySat Oct 27, 2018 9:36 am by kabaena

» 5 Manfaat Ubi Jalar untuk Kesehatan Tubuh
Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi EmptyFri Oct 26, 2018 11:17 am by fla

» Berapa biaya sewa pesawat pribadi atau helikopter?
Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi EmptyWed Oct 24, 2018 10:05 am by fla

» Cara menggunakan 1 akun WhatsApp di 2 smartphone android
Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi EmptyFri Oct 12, 2018 7:32 am by kabaena

» Cara Mudah Membuka Proteksi Password Microsoft Office Excel Tanpa Software
Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi EmptyWed Sep 12, 2018 10:42 am by kabaena

» Serial Number NERO 6
Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi EmptyMon Sep 10, 2018 9:36 am by kabaena

Your Space

LIVE STREAMING TV

Live Streaming

Online Radio Live

Radio Online

    Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi

    liana
    liana


    Jumlah posting : 1168
    Join date : 01.12.09

    Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi Empty Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi

    Post  liana Fri Sep 16, 2011 2:00 pm

    Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi

    Penyakit Baru: Alergi Wi-Fi 58464_wanita_dunia_maya_300_225

    Penggunaan jaringan internet tanpa kabel atau Wi-Fi yang meluas menandai perkembangan teknologi di era digital. Di balik modernitas yang tercipta, sinyal yang terpancar di hampir semua sudut ruang publik bisa jadi mulai memicu masalah kesehatan baru: alergi Wi-Fi.

    Di Amerika Serikat, alergi terhadap pancaran sinyal elektromagnetik tersebut diperkirakan menimpa sekitar lima persen warganya. Penyakit yang dikenal sebagai Electromagnetic Hypersensitivity (EHS) itu ditandai dengan gejala sakit kepala, kejang otot, kulit terbakar, dan sakit kronis.

    Selain pancaran sinyal Wi-Fi, kondisi itu juga diperkuat pengaruh paparan sinyal telepon selular yang terlampau kuat, dan satelit.

    Diane Schou, salah satu penderita, berkisah kepada BBC, "Wajahku berubah merah, kepala rasanya sakit, penglihatan terganggu, dan terasa sakit saat berpikir. Dan, belakangan aku juga mulai merasa nyeri di dada. Bagi saya, rasanya seperti mengancam jiwa."

    Demi mengurangi penderitaannya, ia sempat tinggal di sebuah kamar kayu yang didesain kedap dari gelombang elektromagnetik. Namun, cara itu tak cukup melindunginya. Bersama suaminya, ia terpaksa pindah dari kediamannya di Iowa ke sebuah desa terpencil di Green House, Virginia Barat, di mana hanya dihuni sekitar 143 penduduk.

    Kasus serupa dialami Janice Tunnicliffe. Wanita 55 tahun ini kesakitan setiap berdekatan dengan perangkat yang memancarkan medan elektromagnetik, seperti Wi-Fi, televisi, lampu, radio, televisi. "Wi-Fi membuat saya merasa memiliki penjepit di belakang kepala yang menarik paksa kehidupan saya," ucapnya seperti dikutip Daily Mail.

    Pemerintah Swedia dan Swiss percaya kondisi ini. Tetapi, UK Health Protection Agency mengatakan bahwa para peneliti gagal dalam mengembangkan hubungan antara gelombang elektromagnetik dan penyakit. Banyak dokter bahkan percaya bahwa kondisi seperti yang dialami Tunnicliffe hanya sebuah psikosomatis.

    Graham Lamburn, dari Powerwatch, sebuah organisasi yang meneliti efek medan elektromagnetik, mengatakan tiga sampai empat persen dari populasi melaporkan sensitivitas terhadap electrosensitivity. "Kasus semacam ini jarang, tetapi ada beberapa orang yang harus melepaskan rumah dan pekerjaan karena electrosensitivity."

    Sementara Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengatakan bahwa sejumlah kasus hanya kasuistik. "EHS tidak memiliki kriteria diagnostik yang jelas. Tidak ada dasar ilmiah untuk menghubungkan gejala EHS dengan medan elektromagnetik. EHS bukanlah diagnosis medis," demikian pernyataan resmi WHO.



      Waktu sekarang Tue May 07, 2024 10:58 pm