Oleh : Rizkia Milida M
Pengurus Departemen Kebijakan Publik KAMMI Daerah Sulawesi Teggara
Tulisan ini, Spesial kutujukan kepada mereka yang merasa dalam darahnya mengalir darah moronene. Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara.
Kepada kalian yang saat ini lebih memilih tertawa di Facebook daripada memperhatikan ribuan air mata mengalir setiap hari karena kemiskinan…
Kepada kalian yang masih tersentuh hatinya melihat rintihan bumi tercinta diubah menjadi padang gersang tanpa kehidupan…
Kepada kalian yang saat ini tengah menyandang status sebagai seorang putra daerah…
Dengarkan…
Aku ingin mengatakan sesuatu.
...
Enam tahun yang lalu, Desember 2003 tepatnya, berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 2003, Daerah ini resmi berdiri. Bombana namanya. Begitu unik, begitu khas.
Tentu saja kemerdekaan ini didapatkan TIDAK GRATIS !
Tahukah anda bagaimana para pejuangnya mempertaruhkan harga dirinya…
Bahkan nyawanya…
Hanya untuk mendapatkan tanda tangan sebagai simbol resminya sang Kabupaten Tercinta.
Tahukah anda berapa rupiah dana dari ruang dapur mereka yang digunakan untuk membiayai semuanya, hingga membuat anak-anak mereka merengek karena tak mendapatkan uang jajan?
Tahukah anda, bahwa berbulan bahkan bertahun lamanya, rumah mereka di sulap menjadi Rumah umum buat para pejuang, hingga mereka tak bisa tidur dengan tenang…
Dan tahukah anda bahwa sejak memutuskan untuk berpisah dari kabupaten Buton, daerah ini telah didesain sebagai “Penghasil Sumber Daya Alam terbanyak” dan “Pencetak Pemuda-pemuda berpotensi”.
Ini bukan Hiperbola kawan !
Tapi sayang sekali, kita awali malam pertama kita dengan tontonan yang sangat tidak mengasyikan. Bahkan memuakkan.
Hei pemuda…
Tak ada alasan bagimu untuk berdiam diri.
Enam tahun lamanya, kita terbelenggu dalam kebutaan. Menyaksikan mereka tertawa ria menunjuk kearah kita yang gagu dan keterbelakangan mental.
Enam tahun lamanya mahasiswanya lebih memilih bungkam dan tidak percaya diri.
Aku tahu, selama enam tahun itu kamu tidak tinggal diam.
Aku tahu anda selalu memegang megaphone dan meneriakkan keadilan.
Dan aku pun tahu jika setiap detik dadamu makin sesak diperlakukan seperti ini.
Tapi…
Teriakanmu itu kawan…
TAK KAN PERNAH BERHASIL…
Selagi kita tidak menggunakan bahasa yang sama…
Selagi materi masih menguasai pikiran kita
Selagi aksi kita masih merupakan aksi nasi bungkus…
Selagi AlQuran tidak menjadi reverensi pertama…
Maka sekali lagi…
Takkan Pernah berhasil
Camkan itu !
Lalu Apa yang membuatmu masih termangu disitu?
Padahal anda telah menyaksikan dipertengahan tahun 2007 harian ibukota Booming dengan datangnya ARTIS BARU.
Itu dia kampung kita kawan…
Bombana.
Yang disepanjang kalinya mengalir butiran-butiran emas…
Yang dilereng-lereng gunungnya Nampak kilauan minyak hasil bumi…
Maka manusia semacam apakah kita, yang tak mampu berbuat apa-apa ketika kezoliman di depan mata.
Hei kalian yang saat ini tengah asyik duduk di singgasana tertinggi !
Silahkan ambil emas-emas itu sesukamu…
Silahkan kuasai kilang minyak sepuasmu…
Silahkan rubah komposisi para pejabat semaumu…
Silahkan alirkan dana rakyat kekantongmu…
Silahkan ganti mobilmu setiap hari…
Silahkan…
Kalian boleh menipu kami…
Tapi kalian tidak akan bisa lolos dari buku harian milik Malaikat Raqib dan Atid.
Dan jangan lupa…
Sejak dulu, kami dididik menjadi pemuda yang cerdas dan berani.
Maka tunggulah…
Akan ada saatnya revolusi itu.
Murni…
Lahir dari sanubari kami yang paling dalam.
Kuperingatkan kepada kalian !
Daerah ini dibangun bukan untuk dirampas haknya !
Lihat jalanan yang tak beraspal itu…
Lihat hutannya yang makin gundul itu…
Lihat gubug-gubug reot yang dihuni oleh para janda itu…
Lihat…
Buka matamu lebar-lebar…!
Maka kita tengah berada dizaman anak-anaknya Andrea Hirata.
Hei Pemuda…
Almamater itu diberikan kepadamu, bukan untuk dipajang.
Bangunlah…
Beranilah…
Dan Kuatlah…
Pikul semua tanggung jawab diatas pundakmu sendiri.
Jangan manja…
Jangan mau disuap terus…
Hei Pemuda…
Yang kita butuhkan adalah otot-otot besi dan urat-urat baja, yang didalamnya berisikan pikiran-pikiran kuat.
Yang tiap waktu bisa berubah menjadi Guntur.
Ketahuilah bahwa kelemahan adalah penyebab utama dari penderitaan
“Weakness is the one cause of suffering”
Untuk Bombana yang lebih baik,
Bergerak Tiada Henti Tuntaskan Perubahan.
Allahu Akbar !
Dikeheningan malam, 11 Desember 2009
Saudara kandungmu,
Senasib denganmu,
Rizkia Milida M
Pengurus Departemen Kebijakan Publik KAMMI Daerah Sulawesi Teggara
Tulisan ini, Spesial kutujukan kepada mereka yang merasa dalam darahnya mengalir darah moronene. Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara.
Kepada kalian yang saat ini lebih memilih tertawa di Facebook daripada memperhatikan ribuan air mata mengalir setiap hari karena kemiskinan…
Kepada kalian yang masih tersentuh hatinya melihat rintihan bumi tercinta diubah menjadi padang gersang tanpa kehidupan…
Kepada kalian yang saat ini tengah menyandang status sebagai seorang putra daerah…
Dengarkan…
Aku ingin mengatakan sesuatu.
...
Enam tahun yang lalu, Desember 2003 tepatnya, berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 2003, Daerah ini resmi berdiri. Bombana namanya. Begitu unik, begitu khas.
Tentu saja kemerdekaan ini didapatkan TIDAK GRATIS !
Tahukah anda bagaimana para pejuangnya mempertaruhkan harga dirinya…
Bahkan nyawanya…
Hanya untuk mendapatkan tanda tangan sebagai simbol resminya sang Kabupaten Tercinta.
Tahukah anda berapa rupiah dana dari ruang dapur mereka yang digunakan untuk membiayai semuanya, hingga membuat anak-anak mereka merengek karena tak mendapatkan uang jajan?
Tahukah anda, bahwa berbulan bahkan bertahun lamanya, rumah mereka di sulap menjadi Rumah umum buat para pejuang, hingga mereka tak bisa tidur dengan tenang…
Dan tahukah anda bahwa sejak memutuskan untuk berpisah dari kabupaten Buton, daerah ini telah didesain sebagai “Penghasil Sumber Daya Alam terbanyak” dan “Pencetak Pemuda-pemuda berpotensi”.
Ini bukan Hiperbola kawan !
Tapi sayang sekali, kita awali malam pertama kita dengan tontonan yang sangat tidak mengasyikan. Bahkan memuakkan.
Hei pemuda…
Tak ada alasan bagimu untuk berdiam diri.
Enam tahun lamanya, kita terbelenggu dalam kebutaan. Menyaksikan mereka tertawa ria menunjuk kearah kita yang gagu dan keterbelakangan mental.
Enam tahun lamanya mahasiswanya lebih memilih bungkam dan tidak percaya diri.
Aku tahu, selama enam tahun itu kamu tidak tinggal diam.
Aku tahu anda selalu memegang megaphone dan meneriakkan keadilan.
Dan aku pun tahu jika setiap detik dadamu makin sesak diperlakukan seperti ini.
Tapi…
Teriakanmu itu kawan…
TAK KAN PERNAH BERHASIL…
Selagi kita tidak menggunakan bahasa yang sama…
Selagi materi masih menguasai pikiran kita
Selagi aksi kita masih merupakan aksi nasi bungkus…
Selagi AlQuran tidak menjadi reverensi pertama…
Maka sekali lagi…
Takkan Pernah berhasil
Camkan itu !
Lalu Apa yang membuatmu masih termangu disitu?
Padahal anda telah menyaksikan dipertengahan tahun 2007 harian ibukota Booming dengan datangnya ARTIS BARU.
Itu dia kampung kita kawan…
Bombana.
Yang disepanjang kalinya mengalir butiran-butiran emas…
Yang dilereng-lereng gunungnya Nampak kilauan minyak hasil bumi…
Maka manusia semacam apakah kita, yang tak mampu berbuat apa-apa ketika kezoliman di depan mata.
Hei kalian yang saat ini tengah asyik duduk di singgasana tertinggi !
Silahkan ambil emas-emas itu sesukamu…
Silahkan kuasai kilang minyak sepuasmu…
Silahkan rubah komposisi para pejabat semaumu…
Silahkan alirkan dana rakyat kekantongmu…
Silahkan ganti mobilmu setiap hari…
Silahkan…
Kalian boleh menipu kami…
Tapi kalian tidak akan bisa lolos dari buku harian milik Malaikat Raqib dan Atid.
Dan jangan lupa…
Sejak dulu, kami dididik menjadi pemuda yang cerdas dan berani.
Maka tunggulah…
Akan ada saatnya revolusi itu.
Murni…
Lahir dari sanubari kami yang paling dalam.
Kuperingatkan kepada kalian !
Daerah ini dibangun bukan untuk dirampas haknya !
Lihat jalanan yang tak beraspal itu…
Lihat hutannya yang makin gundul itu…
Lihat gubug-gubug reot yang dihuni oleh para janda itu…
Lihat…
Buka matamu lebar-lebar…!
Maka kita tengah berada dizaman anak-anaknya Andrea Hirata.
Hei Pemuda…
Almamater itu diberikan kepadamu, bukan untuk dipajang.
Bangunlah…
Beranilah…
Dan Kuatlah…
Pikul semua tanggung jawab diatas pundakmu sendiri.
Jangan manja…
Jangan mau disuap terus…
Hei Pemuda…
Yang kita butuhkan adalah otot-otot besi dan urat-urat baja, yang didalamnya berisikan pikiran-pikiran kuat.
Yang tiap waktu bisa berubah menjadi Guntur.
Ketahuilah bahwa kelemahan adalah penyebab utama dari penderitaan
“Weakness is the one cause of suffering”
Untuk Bombana yang lebih baik,
Bergerak Tiada Henti Tuntaskan Perubahan.
Allahu Akbar !
Dikeheningan malam, 11 Desember 2009
Saudara kandungmu,
Senasib denganmu,
Rizkia Milida M
Fri Jun 10, 2022 5:19 pm by dodolan
» Buah - Varau
Thu Dec 24, 2020 12:09 pm by kabaena
» 41 Istilah Pendakian
Wed Jan 23, 2019 11:19 am by kabaena
» Kabaena Kampo Tangkeno
Sat Oct 27, 2018 9:36 am by kabaena
» 5 Manfaat Ubi Jalar untuk Kesehatan Tubuh
Fri Oct 26, 2018 11:17 am by fla
» Berapa biaya sewa pesawat pribadi atau helikopter?
Wed Oct 24, 2018 10:05 am by fla
» Cara menggunakan 1 akun WhatsApp di 2 smartphone android
Fri Oct 12, 2018 7:32 am by kabaena
» Cara Mudah Membuka Proteksi Password Microsoft Office Excel Tanpa Software
Wed Sep 12, 2018 10:42 am by kabaena
» Serial Number NERO 6
Mon Sep 10, 2018 9:36 am by kabaena