Forum Kabaena™

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Berbagi Kabar & Info Disini - Follow Twitter @spiritualz_ dan @kabaena_

INFO UNTUK ANDA

Forum ini ada di Facebook

Share via Twitter

Follow Me : @kabaena_

Image hosted by servimg.com

Instagram Kabaena

Instagram

Kabaena Mailing List

Masukan Email Kamu:

Ngobrol Via Twitter

Latest topics

» HDD External New
Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan EmptyFri Jun 10, 2022 5:19 pm by dodolan

» Buah - Varau
Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan EmptyThu Dec 24, 2020 12:09 pm by kabaena

» 41 Istilah Pendakian
Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan EmptyWed Jan 23, 2019 11:19 am by kabaena

» Kabaena Kampo Tangkeno
Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan EmptySat Oct 27, 2018 9:36 am by kabaena

» 5 Manfaat Ubi Jalar untuk Kesehatan Tubuh
Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan EmptyFri Oct 26, 2018 11:17 am by fla

» Berapa biaya sewa pesawat pribadi atau helikopter?
Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan EmptyWed Oct 24, 2018 10:05 am by fla

» Cara menggunakan 1 akun WhatsApp di 2 smartphone android
Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan EmptyFri Oct 12, 2018 7:32 am by kabaena

» Cara Mudah Membuka Proteksi Password Microsoft Office Excel Tanpa Software
Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan EmptyWed Sep 12, 2018 10:42 am by kabaena

» Serial Number NERO 6
Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan EmptyMon Sep 10, 2018 9:36 am by kabaena

Your Space

LIVE STREAMING TV

Live Streaming

Online Radio Live

Radio Online

    Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan

    kambose
    kambose


    Jumlah posting : 184
    Join date : 01.12.09

    Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan Empty Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan

    Post  kambose Sat Nov 27, 2010 9:49 am

    Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan

    Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan Wakatobi22590x394
    Kepulauan Wakatobi dari udara.

    Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, pukul sebelas siang. Bersama dua jurnalis lain, saya terbang menuju Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Dibutuhkan waktu selama tiga jam penerbangan dengan pesawat Sriwijaya Air untuk tiba di Kendari, ibukota Sulawesi Tenggara, setelah sebelumnya transit di Bandara Hasanuddin di Makassar, Sulawesi Selatan. Karena penerbangan ke Wakatobi hanya ada pada pagi hari, kami terpaksa menginap di Kendari. Dan besoknya kami sampai di Bandara Matahora, Wakatobi, setelah melalui penerbangan selama 30 menit dengan pesawat Susi Air.

    Wakatobi adalah kabupaten di Sulawesi Tenggara dengan Wangi-Wangi sebagai ibukotanya. Kabupaten yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2003 ini memiliki lima kecamatan, yakni Binongko, Kaledupa, Tomia, Wangi-Wangi, dan Wangi-Wangi Selatan.

    Semula, Kabupaten Wakatobi merupakan taman laut nasional yang memiliki potensi keindahan alam, baik darat maupun laut. Kepulauan yang terletak di Perairan Laut Banda ini memiliki jajaran karang laut terindah di segitiga karang dunia. Tak hanya itu, jajaran karangnya, yang ada di Kaledupa, merupakan satu-satunya yang terpanjang di dunia. Kaledupa adalah salah satu gugusan pulau karang di Wakatobi dengan panjang atol mencapai 48 kilometer.

    Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan Wawae
    Sunset di Pantai Wakatobi.

    Selain itu, perairan Wakatobi juga memiliki spesies binatang laut unik terbanyak di dunia. Jika dibandingkan dengan Kepulauan Karibia di benua Amerika, Wakatobi masih lebih unggul. Di Karibia, jumlah spesies binatang laut unik adalah 200, sedangkan di Wakatobi mencapai 750 spesies. Salah satu spesies unik di Wakatobi adalah kuda laut yang tingginya hanya 2,5 sentimeter.

    Keindahan alam dan potensi laut Wakatobi yang luar biasa ini membuat Pemerintah Kabupaten Wakatobi gencar melakukan promosi pariwisata. Tidak main - main, untuk menunjang perkembangan pariwisata, Pemerintah Wakatobi membangun Bandara Matohara dengan panjang landasan 1200 meter dan lebar 40 meter.

    Kedatangan saya ke Wakatobi adalah dalam rangka Festival Sail Indonesia 2009 yang digelar pada Agustus 2009. Festival yang diadakan di Wangi - Wangi ini merupakan salah satu promosi pariwisata yang rutin diadakan oleh pemerintah daerah Wakatobi tiap tahunnya. Dalam Sail Indonesia 2009 ditampilkan berbagai budaya asli Wakatobi, antara lain Bangka Mbule-Mbule, Kabuenga, dan Karia’a.

    Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan Wa101
    Orang-orangan yang dihias kemudian diletakkan dalam perahu kayu saat upacara adat Bangka Mbule-Mbule, yaitu upacara melarung hasil bumi ke laut.

    Bangka Mbule-Mbule adalah upacara melarung hasil bumi ke laut yang dilakukan oleh masyarakat Desa Mandati. Berbagai hasil bumi itu diantaranya padi, jagung, dan pisang. Sebelum dilarung ke laut, ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama, hasil bumi diletakkan dalam perahu kayu yang dihiasi dengan sepasang orang-orangan sebagai simbol kejahatan. Kedua, perahu yang sudah berisi hasil bumi ini kemudian diarak keliling kampung guna mengusir mara bahaya yang akan mengganggu desa. Nah, perahu yang membawa hasil bumi yang akan dilarung ini disebut Mbule-Mbule.

    Tujuan dari acara Bangka Mbule-Mbule adalah untuk mengucapkan syukur sekaligus menghindari bencana, seperti bencana alam, mewabahnya penyakit, atau persoalan sosial yang dapat mengakibatkan gangguan di masyarakat.

    Pada bagian lain, ditunjukkan pula bagaimana cara Suku Liwo, salah satu penduduk asli Wakatobi, mencari jodoh untuk anak perempuannya. Caranya adalah dengan melelang makanan. Dan laki-laki yang memberikan penawaran tertinggi akan menjadi jodoh anak perempuan dari Suku Liwo.

    Lalu, bagaimana caranya melamar dengan gaya lelang makanan? Caranya tak lain dengan menyusun makanan berupa lauk pauk dan kue secara bertingkat dan dihias untuk memikat hati laki-laki. Makanan tersebut kemudian diletakan di ruang depan rumah. Jika ada laki-laki yang berminat, maka ia akan melakukan tawar menawar dengan keluarga pihak perempuan. Dan laki-laki dengan tawaran harga paling tinggilah yang berhak mempersunting. Setelah kesepakatan terjadi, laki-laki dan perempuan yang telah berjodoh akan diayun di sebuah ayunan yang terbuat dari pohon pinang, bambu, dan rotan. Ayunan ini disebut dengan Kabuenga.

    Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan Wa20
    Anak-anak perempuan peserta upacara Karia’a dihiasi pakaian suku Buton Wakatobi.

    Acara Kabuenga ini biasanya dilakukan setelah perayaan Idul Fitri. Sebab, biasanya pada saat itu laki-laki Suku Liwo yang merantau akan kembali pulang ke kampung halaman.

    Sementara itu, upacara adat Karia’a adalah sama dengan perayaan sunatan. Upacara ini biasanya dilakukan oleh Suku Buton, dimana anak-anak mereka umumnya sudah disunat sejak usia lima tahun.

    Upacara adat Karia’a, yang biasanya dilakukan di sebuah lapangan terbuka, ditandai dengan suara nyanyian dari sekelompok ibu-ibu. Seluruh peserta perayaan Karia’a akan mendapatkan bagian dari syara, yaitu pemimpin upacara Karia’a. Kemudian, semua peserta upacara akan menuju batanga, yaitu tempat perayaan dari rumah mereka masing-masing. Peserta menuju batanga dengan menggunakan kansoda’a, yaitu usungan yang terbuat dari bambu besi, atau oleh masyarakat setempat disebut o’o.

    Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan 70557101Arak-arakan peserta upacara adat Karia’a. Karia’a sebenarnya sama dengan perayaan sunatan, dimana anak-anak perempuan yang sudah dihias diusung selama perayaan berlangsung.

    Perayaan Karia’a dilakukan dengan arak-arakan keliling kampung sambil membawa usungan. Uniknya, dalam perayaan Karia’a yang diusung bukanlah anak laki-laki yang telah disunat, melainkan anak-anak perempuan yang telah didandani dengan pakaian adat daerah Buton Wakatobi dan hiasan bunga di kepala. Setiap usungan bisa berisi tiga hingga lima anak perempuan dan diusung oleh empat hingga sepuluh laki-laki dewasa. Arak-arakan Karia’a boleh juga diikuti oleh laki-laki dewasa yang sudah disunat namun belum pernah mengikuti perayaan Karia’a sebelumnya.

    Upacara adat Karia’a merupakan salah satu tradisi Suku Buton Wakatobi yang sudah dilakukan sejak 1918. Begitu juga dengan upacara adat Bangka Mbule - Mbule dan Kabuenga yang usianya sudah ratusan tahun. Mempertahankan tradisi leluhur memang terus dilakukan oleh masyarakat Wakatobi.

    Eksotisme Wakatobi dan Tanda Tanya Kebudayaan 77255321
    Kesenian pencak silat khas Wakatobi.

    Namun demikian, saya mencoba mencari tahu, apakah masyarakat memahami makna dari dari upacara-upacara adat yang ditampilan dalam Festival Sail Indonesia 2009. Dan saya mendapatkan jawaban yang tidak memuaskan. Dari beberapa orang yang saya tanya tentang beberapa kegiatan, jawabannya selalu berbeda-beda. Misalnya, dalam upacara adat Karia’a, tidak ada yang dapat memastikan mengapa yang diusung adalah anak perempuan, bukan anak laki-laki yang disunat.

    Seketika saya merasa bahwa upaya mempertahankan tradisi nenek moyang hanya sekedar menjadi kebiasaan. Berbagai simbolisasi dalam adat tidak diiringi dengan pemahaman. Ia tampak hanya sekedar sebuah ritual demi meramaikan festival kebudayaannya belaka. Padahal, mempertahankan budaya yang hakiki berarti memahami makna sesungguhnya yang terkandung dalam berbagai simbol budaya tersebut.



    Teks dan foto: Diu Oktora
    Diu Oktora adalah jurnalis yang bekerja di stasiun ANTV, Jakarta

      Waktu sekarang Sun May 12, 2024 10:32 pm