Prof. Mahfud MD
Sekitar dua tahun lalu kami berkunjung ke rumah Bapak Mahfud MD di komplek menteri Widyacandra, Jakarta Selatan. Maksud kedatangan kami adalah untuk meminta penjelasan dan klarifikasi dengan mantan ketua MK ttersebut terkait dengan perubahan sikapnya mengenai Pertamina yang semula disebut beliau sebagai salah satu instansi terkorup, namun kemudian beliau netralisir seterlah mendapat tanggapan keras dari pihak Pertamina.
Kedatangan kami ke kediaman mantan menteri pertahanan era Presiden Gus Dur itu difasilitasi oleh KH Solahuddin Wahid, ulama besar NU yang juga merupakan kerabat dekat Cak Mahfud.
Meski tidak mengenal kami sebelumnya, Mahfud MD menerima kami dengan hangat dan menyuguhi kami dengan panganan kecil. Kebetulan saat itu Cak Mahfud baru saja kembali dari Jerman dan hari itu bertepatan dengan ulang tahunnya.
Gus Solah
Kami berdiskusi panjang lebar dengan Cak Mahfud dan Gus Sholah. Selain membahas Pertamina, sempat dibahas mengenai peristiwa kerusuhan Mei 1998 dan kasus penculikan para aktifis pada 1997 – 1998. Sholahuddin Wahid adalah tokoh yang tahu banyak mengenai kedua isu itu karena beliau pernah ditunjuk pemerintah sebagai Ketua Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF).
Mengenai kasus penculikan para aktifis dan sejumlah orang pada tahun 1997-1998, kami masih ingat persis bagaimana Gus Sholah menceritakan kembali sekilas tentang isi dialog Jenderal Wiranto yang saat itu Panglima TNI dengan Letjen Prabowo Subianto yang ketika itu menjabat Pangkostrad.
Terkait tekanan publik yang menuntut penuntasan kasus penculikan aktifis dan sejumlah warga, Panglima TNI Wiranto memanggil Pangkostrad Prabowo ke ruang kerjanya.
Wiranto : “Prabowo, apa aktivis2 korban penculikan itu masih hidup ?
Prabowo :” Siap ! Masih Panglima !”
Wiranto : “Bebaskan mereka !
Prabowo : “Siap Panglima !”
Wiranto : “Siapa yang memberi perintah penculikan itu ?
Prabowo : “Siap ! Saya Panglima !”
Wiranto : “Apakah ada korban yang mati ?”
Prabowo :”Siap ! Tidak ada Panglima, semua masih hidup !”
Wiranto : “Bagus, bebaskan mereka semua !
Berdasarkan perintah Panglima TNI, Pangkostrad Prabowo kemudian membebaskan semua korban penculikan. Sebagian dari korban penculikan tersebut dititipkan di Markas Kodam Jaya dan sebagian lagi dititip di tahanan Polda Metro Jaya.
Persolan mengemuka ketika terdapat perbedaan mengenai jumlah korban penculikan yang dibebaskan Tim Mawar Kopassus dengan data jumlah orang hilang berdasarkan catatan atau informasi yang dihimpun KONTRAS.
Selama kurun waktu 1997 – 1998, KONTRAS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) mencatat 23 orang telah hilang. Para warga yang hilang itu terdiri dari berbagai latar belakang profesi, di lokasi dan waktu yang berbeda.
Berdasarkan temuan penyelidikan dan fakta – fakta, perisitiwa penculikan 23 warga itu berlangsung dalam kurun waktu 1-2 tahun dan dilakukan dalam tiga tahap:
“Menjelang pemilu Mei 1997, dalam waktu 2 bulan menjelang sidang MPR dan pada bulan Maret 1998″
Fakta menunjukan dari 23 warga yang hilang, 9 (sembilan) diantara mereka diculik selama periode kedua oleh Tim Mawar Kopassus dan kemudian dilepaskan / dibebaskan dalam keadaan hidup.
Fakta menunjukan tak satu pun dari mereka yang diculik atau hilang pada tahap / periode pertama (menjelang pemilu 1997) dan tahap / periode ketiga yang dibebaskan atau muncul kembali dalam keadaan hidup. Bahkan sebagian besar di antara 14 warga yang hilang itu sampai kini tidak pernah kembali. Diduga semua yang tidak kembali itu sudah meninggal dunia.
Siapa Pelaku Penghilangan 14 Warga itu ?
Prabowo dalam pemeriksaan terhadap dirinya, menegaskan bahwa Tim Mawar yang dibawah komandonya hanya menculik 9 orang aktifis. Prabowo juga menegaskan semua korban penculikan Tim Mawar telah dibebaskan dalam keadaan hidup dan sehat wal afiat.
Penegasan Prabowo dalam kesaksiannya itu diperkuat oleh kesaksian seluruh anggota Tim Mawar Kopassus yang mengatakan bahwa mereka mendapat perintah dari komandan Tim Mawar (Kolonel Heriawan), hanya untuk melakukan penangkapan dan penahanan atas sembilan orang aktifis yang diduga dapat mengganggu keamanan dan berpotensi mengacaukan jalannya sidang umum MPR pada Maret 1998.
Aksi Pihak Ketiga sebagai Pelaku Penghilangan 14 Warga
Melalui penelitian terhadap semua informasi terkait hilangnya 23 warga tersebut, ditemukan sejumlah fakta yang dapat dijadikan dasar dalam menganalisis sebab musabab dan para pelaku penghilangan 23 warga itu.
Berdasarkan informasi dan fakta yang ada, ditemukan perbedaan mendasar mengenai waktu atau periode terjadinya penghilangan atau penculikan.
Ditemukan juga perbedaan mengenai latar belakang para korban penculikan berdasarkan periode penghilangannya.
Ditemukan juga perbedaan modus operandi penghilangan / penculikan
Ditemukan juga perbedaan akhir dari nasib korban para korban penculikan / penghilangan.
Analisa terhadap informasi dan fakta – fakta tersebut di atas, memberikan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sebagai berikut :
Semua dari sembilan orang korban penculikan tim mawar telah dikembalikan dalam kondisi hidup. Mereka terbukti hanya “diamankan” oleh Tim Mawar sesuai perintah komandan.
Tidak satu pun dari sembilan korban penculikan Tim Mawar yang dibunuh atau dilenyapkan karena perintah yang diberikan komandan atau atasan mereka hanya sebatas “mengamankan” para aktifis yang berpotensi mengganggu jalannya sidang umum MPR Maret 1998.
Reputasi Kopassus, kesatuan di mana Tim Mawar berasal, menegaskan bahwa Tim Mawar mustahil melakukan tindakan di luar perintah komandan /atasan. Sehingga tidak mungkin ada anggota Kopassus yang berani melakukan improvisasi dengan melanggar perintah yang sudah ditetapkan atasannya.
Pernyataan mantan Danjen Kopassus Prabowo ketika menjawab pertanyaan Panglima TNI, yang dengan tegas, spontan dan tanpa ragu menjawab “SEMUA masih hidup !” Merupakan indikasi atau petunjuk bahwa benar jumlah korban yang diculik Tim Mawar adalah 9 (sembilan) orang.
Tidak pernah sekali pun Prabowo menjawab : “Sebagian”. Prabowo tahu persis jumlah aktifis yang dijadikan target penculikan dan rangka pengamanan SU MPR Maret 1998.
Hasil investigasi Tim Gabungan Pencari Fakta & Puspom TNI menyebutkan bahwa Tim investigasi TIDAK terdapat bukti yang menunjukan bahwa Prabowo dan Tim Mawar sebagai PELAKU penculikan atau penghilangan 14 warga yang lain.
Fakta yang sangat menarik adalah temuan penyidik di mana meski sudah diyakinkan kepada para anggota Tim Mawar, bahwa jika mereka mau mengakui sebagai pelaku penghilangan 14 warga yang lain, kesalahan itu akan dibebankan kepada komandan mereka dan Prabowo selaku Danjen Kopassus, namun mereka tetap bersikukuh membantah sebagai pelaku penghilangan 14 warga yang lain.
Berdasarkan temuan tersebut, semakin memperkuat bahwa Tim Mawar Kopassus hanya telah melakukan penculikan terhadap sembilan aktifis saja dan tidak terhadap 14 warga yang lain. Patut diduga, penghilangan 14 warga yang lain itu, dilakukan oleh pihak ketiga, di luar Tim Mawar Kopassus.
sumber: yudisamara.com
Fri Jun 10, 2022 5:19 pm by dodolan
» Buah - Varau
Thu Dec 24, 2020 12:09 pm by kabaena
» 41 Istilah Pendakian
Wed Jan 23, 2019 11:19 am by kabaena
» Kabaena Kampo Tangkeno
Sat Oct 27, 2018 9:36 am by kabaena
» 5 Manfaat Ubi Jalar untuk Kesehatan Tubuh
Fri Oct 26, 2018 11:17 am by fla
» Berapa biaya sewa pesawat pribadi atau helikopter?
Wed Oct 24, 2018 10:05 am by fla
» Cara menggunakan 1 akun WhatsApp di 2 smartphone android
Fri Oct 12, 2018 7:32 am by kabaena
» Cara Mudah Membuka Proteksi Password Microsoft Office Excel Tanpa Software
Wed Sep 12, 2018 10:42 am by kabaena
» Serial Number NERO 6
Mon Sep 10, 2018 9:36 am by kabaena