Menyelami Kuburan Bawah Laut di Filipina

Bayangan kita saat mendengar kata makam adalah lapangan luas yang penuh dengan gundukan tanah dan batu nisan di atasnya. Suasananya hening, sunyi, dan kerap dianggap sebagai tempat yang menakutkan. Tapi, di Filipina, tepatnya di Pulau Camiguin, makam justru menjadi tempat yang mampu menarik wisatawan.

Tak ada keheningan atau gundukan tanah. Yang ada justru desir ombak dan birunya air laut. Ya, makam itu ada di dalamnya. Terletak di Laut Bohol, sekitar 10 kilometer di lepas pantai utara Mindanao.

Pulau ini memiliki empat stratovolcano muda yang melapisi struktur vulkanik tua. Termasuk Gunung Vulcan dan Hibok-Hibok yang masih dianggap aktif hingga kini, sejak terakhir meletus pada 1953.

Pulau Camiguin sebenarnya adalah sebuah kota bernama Catarman. Kota ini menghilang setelah gunung berapi menenggelamkannya. Saat itu, letusan Gunung Vulcan berlangsung secara terus menerus dari 1871 hingga 1875.
Gunung itu tak berhenti memuntahlan lava ke laut. Akibatnya, ketinggian air laut naik hingga mencapai 2.000 meter dan merendam kota Catarman, termasuk daerah pemakaman kota itu.

Tak ada satu pun yang tersisa, kecuali reruntuhan gereja kuno Spanyol San Roque, biara, dan menara lonceng. Sisa-sisa struktur dan batu nisan pemakaman kota itu masih bisa terlihat saat air surut hingga 1948. Tapi, ketika Gunung Vulcan meletus untuk yang keempat kalinya, ia mengubur kota itu lebih dalam hingga 20 kaki.

Pada 1982, sebuah salib besar dibangun di atas daerah lava yang telah mengeras untuk menandai kuburan tua tersebut. Kuburan tua yang telah tenggelam itu pun kini menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi di Pulau Camiguin.

Sumber: Amusing Planet