Forum Kabaena™

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Berbagi Kabar & Info Disini - Follow Twitter @spiritualz_ dan @kabaena_

Similar topics

    INFO UNTUK ANDA

    Forum ini ada di Facebook

    Share via Twitter

    Follow Me : @kabaena_

    Image hosted by servimg.com

    Instagram Kabaena

    Instagram

    Kabaena Mailing List

    Masukan Email Kamu:

    Ngobrol Via Twitter

    Latest topics

    » HDD External New
    Kaledupa Atol EmptyFri Jun 10, 2022 5:19 pm by dodolan

    » Buah - Varau
    Kaledupa Atol EmptyThu Dec 24, 2020 12:09 pm by kabaena

    » 41 Istilah Pendakian
    Kaledupa Atol EmptyWed Jan 23, 2019 11:19 am by kabaena

    » Kabaena Kampo Tangkeno
    Kaledupa Atol EmptySat Oct 27, 2018 9:36 am by kabaena

    » 5 Manfaat Ubi Jalar untuk Kesehatan Tubuh
    Kaledupa Atol EmptyFri Oct 26, 2018 11:17 am by fla

    » Berapa biaya sewa pesawat pribadi atau helikopter?
    Kaledupa Atol EmptyWed Oct 24, 2018 10:05 am by fla

    » Cara menggunakan 1 akun WhatsApp di 2 smartphone android
    Kaledupa Atol EmptyFri Oct 12, 2018 7:32 am by kabaena

    » Cara Mudah Membuka Proteksi Password Microsoft Office Excel Tanpa Software
    Kaledupa Atol EmptyWed Sep 12, 2018 10:42 am by kabaena

    » Serial Number NERO 6
    Kaledupa Atol EmptyMon Sep 10, 2018 9:36 am by kabaena

    Your Space

    LIVE STREAMING TV

    Live Streaming

    Online Radio Live

    Radio Online

      Kaledupa Atol

      tangkeno
      tangkeno


      Jumlah posting : 102
      Join date : 05.01.13

      Kaledupa Atol Empty Kaledupa Atol

      Post  tangkeno Mon May 20, 2013 10:00 am

      Kaledupa Atol Annisa.alhamdani@gmail.com-167-4

      “Koka kola, disko…disko…disko

      Main bola, tendang…tendang…tendang

      Dewi irama dan takowekowek”
      Sepenggal lagu permainan anak-anak Kaledupa yang dinyanyikan saat senggang sambil mereka menari-nari. Setelah lagu selesai mereka pun berseru kegirangan sambil berlari menghindari salah satu temannya yang akan menangkap.

      Tidak jauh terdengar bunyi berirama berasal dari lumpang, tempat penumbuk terbuat dari batu andesit, yang beradu dengan alu, alat penumbuk terbuat dari kayu. Cara menumbuknya pun harus bergantian karena lubang lumpang hanya muat untuk satu alu.

      Para bapak sibuk menghaluskan jagung, sedangkan para ibu mengolahnya untuk membuat rokoroko. Dodol khas Kaledupa. Dodol hijau yang bertekstur lembut seperti bubur lemu. Saat dimakan hangat-hangat akan langsung lumer di mulut diikuti dengan rasa manis yang mirip dengan kue ape.

      Setelah selesai bermain, anak-anak pun ikut berkumpul dengan para orang tuanya. Menikmati rokoroko yang tersedia cukup banyak. Senda gurau terdengar ramai, para tetangga saling membantu dan menikmati hasil masakan bersama. Ada rasa hangat saat melihatnya. Kekeluargaan terlihat kuat diantara mereka.

      Merekalah yang menjadi keluarga kami saat berkunjung ke salah satu Kepulauan Wakatobi ini. Kebanyakan rumah yang dibangun, dibuat model panggung dan dicat dengan warna alam. Seperti hijau,krem atau coklat. Namun ada juga satu rumah yang dicat dengan warna pink.

      Saat pertama datang ke Kaledupa, kami dijamu dengan berbagai macam makanan laut. Mulai dari ikan kerapu bakar, sotong bumbu pedas, kepiting rebus, bahkan gurita. Minumnya selalu disediakan air kelapa. “Untuk penawar racun kalau-kalau ada yang alergi,” kata Pak Damane. Segar!

      Tidak lupa disuguhi salah satu makanan khasnya, disebut kasoami. Terbuat dari ampas singkong yang dikeringkan, sebagai makanan pokok pengganti nasi. Dicetak menggunakan anyaman daun kelapa yang dibentuk kerucut. Perpaduan yang sangat enak saat dicampur dengan lauk-pauk yang disediakan.

      “Biasanya kalau ada yang berlayar atau pergi keluar negri, kasoami dibungkus pisang. Bisa tahan sampai sebulan,” tambah bapak yang di’tua’kan oleh masyarakat sekitarnya.

      Sudah sampai Kaledupa, hal yang wajib dilakukan itu menikmati keindahan laut sebelah tenggara Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara ini.

      Sejak tahun 1996, Wakatobi ditetapkan sebagai wilayah konservasi dengan status Taman Nasional. Secara oceanografi, Wakatobi terletak di jantung segitiga karang dunia (triangle centre) dengan memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, 750 jenis karang dari 850 spesies karang dunia.

      Salah satunya adalah Karang Atol Kaledupa, merupakan terumbu karang cincin terpanjang di dunia dengan panjang sekitar 48 kilometer. Keunikannya, saat air surut atol ini terlihat seperti pulau baru yang muncul.

      Unesco sendiri menetapkan perairan laut Wakatobi, Indonesia sebagai salah satu Cagar Biosfir Dunia. Saat sidang ke 24 International Coordinating Council (ICC) of the Man and the Biosphere (MAB) Programme pada tanggal 11 - 13 Juli 2012 di Paris.

      Menurut Perindagkopum Kepulauan Wakatobi terdiri dari empat pulau utama yaitu Pulau Wangiwangi atau Wanci, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko, beserta pulau kecil lainnya. Gugusan kepulauan ini biasa juga disebut Kepulauan Tukangbesi karena terkenal dengan pembuatan keris tradisional terbaik.

      Letaknya yang berbatasan dengan Laut Banda, laut terdalam di Indonesia, membuatnya memiliki air yang sangat jernih seperti kristal. Saat menyelam di Hoga, salah satu lokasi penyelaman di Kaledupa, kami bisa melihat dasar laut yang berjarak lima meter dari permukaan dengan jelas.

      "Kalau sudah bulan empat sampai enam banyak bule-bule yang datang kemari, buat penelitian katanya. Sekali menyelam, bisa sampai 40 orang yang turun," kata salah satu dive master kami.

      Baru saja kami menyelam sedalam tiga meter, sudah disambut dengan ikan-ikan kecil berwarna-warni. Berenang lincah diantara terumbu karang. Seolah tidak mau kalah, karangnya pun berwarna-warni dengan berbagai macam bentuk.

      Akhirnya kami sampai di salah satu sisi tebing karang. Ada perbedaan warna laut yang signifikan. Sebelum sisi tebing, saat melihat ke bawah sangat berwarna-warni. Sedang sisi satunya, sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah biru pekat. Menunjukkan bahwa sisi ini memiliki dasar yang cukup dalam.

      Cukup kontras dengan makhluk laut yang menempel di tebing ini sehingga memberi warna segar. Semakin banyak ikan dengan berbagai macam ukuran dan warna, tumbuhan yang bergerak lembut mengikuti arus dengan warna-warna cerah, maupun makhluk laut lainnya.

      Ada semacam lintah dengan panjang satu buku jari yang berwarna putih kebiruan dengan pinggiran oranye atau karang berwarna kuning dengan bercak-bercak merah. Tiba-tiba kami melihat lima meter di bawah kami, ada penyu yang sedang berenang sendirian. Betapa beragamnya kehidupan di dalam laut ini.

      Selesai menyelam kami disuguhi nasi kuning, dengan lauk sotong bumbu pedas, kerang asam manis, juga ikan bumbu kuning. Tidak lupa langsung disuguhi kelapa yang dipetik langsung dari pohon berjarak dua meter dari kami. Ditemani suara debur ombak dan matahari yang mulai memerah, pertanda hari sudah mulai gelap.

      Setelah selesai membersihkan diri, saatnya kami berkumpul dengan anak-anak. Kami mengajarkan beberapa lagu sederhana berbahasa Inggris dan bermain tebak-tebakan soal pengetahuan umum. Para orang tua pun ikut berkumpul bersama kami.

      Dengan semangat anak-anak belajar bahasa Inggris, dengan antusias mereka menjawab pertanyaannya. Ada rasa bangga yang terlihat di wajah para orang tua, ada rasa gemas saat pertanyaan yang diajukan tidak dijawab oleh siapapun. Malam itu bulan bersinar cukup terang, menemani kami yang berseru dengan berbagai macam ekspresi.


      sumber: jelajahbumipapua


        Waktu sekarang Sun May 19, 2024 11:56 pm