Kisah Sepiring Tabaro Hinole
Tabaro Hinole
Tabaro yang dikenal dengan nama Sagu adalah butiran atau tepung yang diperoleh dari teras batang pohon sagu atau rumbia (Metroxylon sago Rottb.). Tepung sagu memiliki ciri fisik yang mirip dengan tepung tapioka.
Tabaro merupakan makanan kedua bagi masyarakat di Kabaena tempo dulu. Tabaro dimakan dalam bentuk papeda, semacam bubur, atau dalam bentuk gorengan yang disebut Tabaro Hinole.
Ini ada cerita tentang Tabaro Hinole.
Sore tadi, aku mencoba mengontak Fatma yang ada di Kabaena via BBM [Blackberry Messenger]. Rupanya teman ini sedang berada di vambanipa, Baliara. Rupanya dia bersama temannya lagi menggoreng sagu. Spontan aku meminta photo proses pembutan Tabaro Hinole tersebut.
Terjadilah proses pemotretan. Rupanya Sri yang lagi Mohole Tabaro ini keberatan dan melarang mengambil gambarnya. Kemudian fatma memberitahu dan aku langsung mengontak Sri yang sebenarnya juga adalah temanku untuk mengizinkan pengambilan gambar dan Sri tetap menolak.
Karena aku membutuhkan photo langka itu untuk dibuatkan artikel, yang mana sangat jarang kita temukan lagi orang Kabaena sedang Mohole Tabaro sebab Tabaro sudah merupakan makanan langka di Kabaena.
Tak kehabisan akal, aku menganjurkan Fatma tetap mengambil gambar Tabaro Hinole tersebut dengan cara apapun . Dan Fatma mulai beraksi. Saat Tabaro Hinole matang dan baru saja dimasukkan kedalam piring, Fatma merebut Tabaro Hinole dari tangan Sri dan menjauh dari dapur. Sri pun menyadarinya dan terjadilah kejar-kejaran memperebutkan sepiring Tabaro Hinole itu hingga kehalaman depan Rumah. Mata hari yang mulai berwarna lembayung di ufuk barat menjadi bagian dari kisah perebutan sepiring Tabaro Hinole ini antara Sri dan Fatma.
Sore yang indah, para nelayan Vambanipa yang sedang duduk di jendela hanya menyaksikan kedua vaipode ini sambil tersenyum simpul tanpa berupaya menanyaan apa yang terjadi.
Sri akhirnya kelelahan, mungkin karena sebelumnya dia yang Mohole Tabaro itu. Tak menyia-nyiakan waktu, Fatma meletakkan Sepiring Tabaro Hinole itu diatas lantai teras rumah yang sedari tadi berada ditangannya, lalu jepret. Senyum kepuasan mengembang dan bergumam, aku berhasil.
Senja sudah tiba dan matahari telah benar-benar bersembunyi dibalik ufuk. Photo sepiring Tabaro Hinole dikirim padaku dan aku langsung mempostingnya pada thread ini.
Suasana hati kedua sahabat yang sedang berirama. Persahabatan yang penuh canda. Angin senja pun seakan ikut menemani mereka. Tentang sepiring Tabaro, kua yo vaipode mangada lole da toOri mepimpo, sadia momalu tangkio neeno vonua da Mohole co tabaro menjadi penggalan kisah dan tertulis menjadi bait bait. Dan betapa aku menyadari, bahwa hanya dengan persahabatan yang dapat mempertahankan kasih diantara kita.
Tabaro Hinole
Tabaro yang dikenal dengan nama Sagu adalah butiran atau tepung yang diperoleh dari teras batang pohon sagu atau rumbia (Metroxylon sago Rottb.). Tepung sagu memiliki ciri fisik yang mirip dengan tepung tapioka.
Tabaro merupakan makanan kedua bagi masyarakat di Kabaena tempo dulu. Tabaro dimakan dalam bentuk papeda, semacam bubur, atau dalam bentuk gorengan yang disebut Tabaro Hinole.
Ini ada cerita tentang Tabaro Hinole.
Sore tadi, aku mencoba mengontak Fatma yang ada di Kabaena via BBM [Blackberry Messenger]. Rupanya teman ini sedang berada di vambanipa, Baliara. Rupanya dia bersama temannya lagi menggoreng sagu. Spontan aku meminta photo proses pembutan Tabaro Hinole tersebut.
Terjadilah proses pemotretan. Rupanya Sri yang lagi Mohole Tabaro ini keberatan dan melarang mengambil gambarnya. Kemudian fatma memberitahu dan aku langsung mengontak Sri yang sebenarnya juga adalah temanku untuk mengizinkan pengambilan gambar dan Sri tetap menolak.
Karena aku membutuhkan photo langka itu untuk dibuatkan artikel, yang mana sangat jarang kita temukan lagi orang Kabaena sedang Mohole Tabaro sebab Tabaro sudah merupakan makanan langka di Kabaena.
Tak kehabisan akal, aku menganjurkan Fatma tetap mengambil gambar Tabaro Hinole tersebut dengan cara apapun . Dan Fatma mulai beraksi. Saat Tabaro Hinole matang dan baru saja dimasukkan kedalam piring, Fatma merebut Tabaro Hinole dari tangan Sri dan menjauh dari dapur. Sri pun menyadarinya dan terjadilah kejar-kejaran memperebutkan sepiring Tabaro Hinole itu hingga kehalaman depan Rumah. Mata hari yang mulai berwarna lembayung di ufuk barat menjadi bagian dari kisah perebutan sepiring Tabaro Hinole ini antara Sri dan Fatma.
Sore yang indah, para nelayan Vambanipa yang sedang duduk di jendela hanya menyaksikan kedua vaipode ini sambil tersenyum simpul tanpa berupaya menanyaan apa yang terjadi.
Sri akhirnya kelelahan, mungkin karena sebelumnya dia yang Mohole Tabaro itu. Tak menyia-nyiakan waktu, Fatma meletakkan Sepiring Tabaro Hinole itu diatas lantai teras rumah yang sedari tadi berada ditangannya, lalu jepret. Senyum kepuasan mengembang dan bergumam, aku berhasil.
Senja sudah tiba dan matahari telah benar-benar bersembunyi dibalik ufuk. Photo sepiring Tabaro Hinole dikirim padaku dan aku langsung mempostingnya pada thread ini.
Suasana hati kedua sahabat yang sedang berirama. Persahabatan yang penuh canda. Angin senja pun seakan ikut menemani mereka. Tentang sepiring Tabaro, kua yo vaipode mangada lole da toOri mepimpo, sadia momalu tangkio neeno vonua da Mohole co tabaro menjadi penggalan kisah dan tertulis menjadi bait bait. Dan betapa aku menyadari, bahwa hanya dengan persahabatan yang dapat mempertahankan kasih diantara kita.
Fri Jun 10, 2022 5:19 pm by dodolan
» Buah - Varau
Thu Dec 24, 2020 12:09 pm by kabaena
» 41 Istilah Pendakian
Wed Jan 23, 2019 11:19 am by kabaena
» Kabaena Kampo Tangkeno
Sat Oct 27, 2018 9:36 am by kabaena
» 5 Manfaat Ubi Jalar untuk Kesehatan Tubuh
Fri Oct 26, 2018 11:17 am by fla
» Berapa biaya sewa pesawat pribadi atau helikopter?
Wed Oct 24, 2018 10:05 am by fla
» Cara menggunakan 1 akun WhatsApp di 2 smartphone android
Fri Oct 12, 2018 7:32 am by kabaena
» Cara Mudah Membuka Proteksi Password Microsoft Office Excel Tanpa Software
Wed Sep 12, 2018 10:42 am by kabaena
» Serial Number NERO 6
Mon Sep 10, 2018 9:36 am by kabaena