Gunung Sabampolulu

Gunung Sabampolulu


Inilah kampo Tangkeno, kampo da moico hawano. Ini merupakan pemukiman mperiou miano tokotu'a. Disinilah Sangia Tebota Tulanggadi berasal yang menjadi cikal bakal masyarakat Kabaena rumpun moronene. Ini legenda rakyat, lestari hingga kini, dilantunkan dalam tembang rakyat yang disebut Mekada.


Di gunung Sabampolulu terdapat Benteng. Ini salahsatu situs sejarah yang ada di Kabaena. Tempat yang patut jadi tujuan wisata. Tempat yang indah dan sejuk. Menuju Benteng ini tak perlu menggunakan kendaraan semacam kuda karena letaknya tak jauh dari kampo Tangkeno.


Gunung yang indah dengan pebukitan yang menggoda untuk didaki. Sabampolulu memiliki bentuk yang tidak terjal sehingga seorang anak SD tak akan kesulitan mendakinya.


Dengan iklim yang menyenangkan, Sabampolulu sangat tepat jika dikunjungi pada musim panas. Sabampolulu adalah rumah bagi rusa dan ayam hutan. Terdapat banyak anak sungai serta rumput hijau bagi satwa. Ini perlu dilestarikan agar keadaan tak berubah hingga generasi berikutnya mendapatkan hak yang sama menikmati keasrian alam nan permai Sabampolulu seperti apa yang kita nikmati sekarang.


Ini adalah fakta, Sabampolulu memiliki daya tarik yang mengagumkan. Dinding bukitnya yang menawan, tiupan angin segar yang tak pernah mati, kicau burung yang menggoda, ini menegaskan betapa beruntungnya Tokotu'a memiliki semua ini.

Photo Dokumentasi: Sri Nawang Lestari

Masjid ini satu-satunya masjid yang ada di Tangkeno. Telah mengalami beberapa kali renovasi. Penduduk Tangkeno seluruhnya beragama Islam.


Balai pertemuan, tempat mengurus keperluan kependudukan dan juga tempat musyawarah desa jika ada hal-hal yang menyangkut sosial masyarakat misalnya, sengketa tanah, hutang piutang, dll. Masyarakat Tangkeno lebih mengutamakan musyawarah jika ada permasalahan daripada menempuhnya dengan jalur hukum.


Sekolah Dasar ini unik sebab berlokasi di Tangkeno tetapi dalam data dinas pendidikan tercatat sebagai SDN 02 Enano. Temtu generasi mula-mula akan bertanya-tanya kok bernama Enano sedangkan Enano merupakan wilayah yang terpisah dengan Tangkeno?

Penulis menelusuri asal-muasalnya dengan bertanya kebanyak pihak, ternyata dulu Tangkeno merupakan wilayah otonomi Desa Enano sebelum akhirnya berdiri sendiri menjadi Desa Tangkeno.


Sangat menyenangkan sekolah di tempat ini, SMP yang terletak di atas bukit dan sudah pasti menawarkan kesejukan. Namun tentu kita tak dapat menyamakannya dengan SMP yang ada diperkotaan. Sekolah ini belum mendapatkan fasilitas multimedia semacam komputer karena terkendala oleh penerangan listrik. Inilah tugas pemerintah daerah untuk menfasilitasi sarana dan prasarana media belajar sehingga para peserta didik yang ada di Tangkeno ini memperoleh pengetahuan yang berimbang dengan sekolah-sekolah lain yang ada diperkotaan.


Tempat ini sebenarnya belum layak kita menyebutnya lapangan sepak bola karena sarana pendukung seperti gawang, garis batas lapangan bola tak terlihat. Namun karena tanahnya datar dan luas maka tempat inilah masyarakat Tangkeno melakukan aktivitas olahraga semacam, volly, takraw dan sepak bola. Bahkan tempat ini biasa digunakan untuk acara keagamaan seperti perayaan maulid dan juga untuk acara tujuhbelasan, lomba panjat pinang, lari karung, dll.


Pada pagi hari bagi mengujung Tangkeno jangan berharap tak akan kedinginan tanpa menggunakan Jaket. Suhu udara yang dingin hingga 3 derajat celcius memaksa kita untuk tetap berdiam di kamar atau keluar rumah dengan Mekuleu. Tentu saja udara Tangkeno ini dingin karena terletak di kaki gunung Sabampolulu yaitu gunung tertinggin di Kabaena.


Rumah terbuat dari papan dengan atap seng. Bangunan sederhana namun menawarkan kenyamanan. Rumah panggung adalah teknologi leluhur Kabaena yang diwariskan turun temurun. Walaupun zaman sudah berubah, tetapi masih saja merasa nyaman tinggal di rumah panggung dengan bahan material dari kayu olahan bukan dari semen layaknya perumahan perkotaan.

Seperti banyak rumah tradisional lainnya, banyak rumah panggung yang mempunyai hirarki khusus dalam pembagian ruangan di dalamnya. Pada umumnya, ruangan terdepan adalah ruang tamu, kemudian masuk ke ruang tengah dan kamar, lalu berakhir di dapur yang merupakan bagian paling belakang dari rumah.

Kalau saja kita mau kembali ke masa lampau, di mana para leluhur hidup, kita tentunya tidak akan mempermasalahkan banjir yang datangnya musiman ini. Ya, sesungguhnya para leluhur kita telah membuat suatu teknologi konstruksi yang tepat untuk negara kita yang setiap musim hujan pasti terkena banjir. Teknologi itu sering kita sebut dengan “Rumah Panggung”, suatu desain konstruksi rumah yang ironisnya di zaman sekarang ini hampir punah.

Benteng merupakan salah satu peninggalan Belanda yang dapat ditemui di Kabaena. Sebagai pusat pertahan benteng berfungsi sebagai tangsi dimana tentara dan keluarganya tinggal. Selain itu benteng juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan Belanda. Dan dari sana pula sebuah daerah dikembangkan menjadi kota. Salahsatu benteng Belanda yang ada di Tangkeno adalah Benteng Tavuladi. Penamaan Tavuladi ini penulis belum mendapatkan data akurat muasalnya tetapi masyarakat Tangkeno sering menyebutnya benteng ini dengan nama Tavuladi.


Benteng Tavuladi difungsikan hingga tahun 1941. Ketika perang malawan Pasukan Jepang, benteng ini ditinggalkan oleh Belanda. Sekitar tahun 1941, Jepang juga meninggalkan benteng ini karena kota Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh sekutu; sehingga, benteng ini diambil alih oleh masyarakat Tangkeno sebagai pertahanan melawan Tobelo.


Photo Dokumentasi: Sri Nawang Lestari

Prosesi Pernikahan masyarakat Tangkeno dilakukan secara sederhana dihadiri kepala desa - Abdul Madjid Ege