Benteng Tangkeno
Benteng Tangkeno dengan latar belakang Sangia Wita
Pulau Kabaena terletak di Tenggara Sulawesi. Alamnya begitu variatif, mulai dari lembah yang sejuk, hutan hujan tropis, serta pantai yang indah.
Kabaena juga adalah “rumah” dari sebagian besar spesies Koea (semacam kelelawar]. Bagi pencinta burung, negeri ini merupakan surga dengan burung-burung langka dan cantik seperti kuluri, kea-kea yang disebut kakatua, serta lebih dari 70 spesies burung bersuara merdu dan sejenis burung hantu, kungkurio juga burung bangau dan flamingo, serta burung pemangsa macam elang.
Sementara tanamannya ada puluhan jenis, termasuk di dalamnya puluhan macam spesies anggrek, dari anggrek hitam sampai anggrek langka Angraecum sesquipedale. Selain itu ada beberapa spesies pohon seperti, ambeua, asana, ipi yang disebut kayu bayam.
Meskipun hanya mempunyai dua musim, kemarau dan penghujan, jika hendak jalan-jalan di pulau indah ini sebaiknya di musim kemarau saja, sekitar Mei – Oktober. Soalnya, pada musim hujan, November – April, hujan turun terus-menerus disertai angin topan yang disebut Bara Mpuu.
Kebanyakan penduduk tinggal di pegunungan yang disebut Tangkeno. Salah satu dari suku Moronene yang ada di Kabaena ada juga suku Bajo yang menghuni daerah pantai. Sejak dulu sampai kini mereka adalah pelaut nomaden. Jika sedang tidak berburu ikan hiu dan ikan pari, mereka duduk di bawah kerindangan pohon atau di perahu sambil main kecapi atau kartu domino. Ada juga yang pergi mendatangi paranormal yang berpraktik di gubuk-gubuk di tepi pantai. Mereka masih percaya pada petunjuk roh-roh nenek moyang yang disampaikan melalui perantaraan paranormal.
Di Timur Kabaena ada benteng peninggalan Belanda saat menguasai nusantara dan diperkirakan masuk Kabaena sekitar abad ke 13 hingga abad ke 14 yaitu masa pra islam masuk nusantara.
Benteng Tangkeno atau dalam bahasa Belanda disebut ”Fort Tangkeno”, terletak sekira 12 kilometer ke arah Timur dari objek wisata Wataroda. Bangunan ini adalah bekas pertahanan Belanda melawan musuh-musuhnya dan digunakan juga mbue-mbue Mokole melawan bajak laut Suku Tobelo.
Konfigurasi bangunan Benteng Tangkeno, saat ini tidak lagi kokoh. Ini karena tak ada perawatan.
Kini, bangunan bersejarah itu menjadi salah satu objek wisata masyarakat setempat atau tempat wisata para siswa SMP dan SMU yang dipandu Guru Sejarah mereka.
Siswa SMP negeri Teomokole sedang memperbaiki susunan bangunan Benteng yang runtuh
[Photo dokumentasi: jouzu]
Benteng Tangkeno dengan latar belakang Sangia Wita
Pulau Kabaena terletak di Tenggara Sulawesi. Alamnya begitu variatif, mulai dari lembah yang sejuk, hutan hujan tropis, serta pantai yang indah.
Kabaena juga adalah “rumah” dari sebagian besar spesies Koea (semacam kelelawar]. Bagi pencinta burung, negeri ini merupakan surga dengan burung-burung langka dan cantik seperti kuluri, kea-kea yang disebut kakatua, serta lebih dari 70 spesies burung bersuara merdu dan sejenis burung hantu, kungkurio juga burung bangau dan flamingo, serta burung pemangsa macam elang.
Sementara tanamannya ada puluhan jenis, termasuk di dalamnya puluhan macam spesies anggrek, dari anggrek hitam sampai anggrek langka Angraecum sesquipedale. Selain itu ada beberapa spesies pohon seperti, ambeua, asana, ipi yang disebut kayu bayam.
Meskipun hanya mempunyai dua musim, kemarau dan penghujan, jika hendak jalan-jalan di pulau indah ini sebaiknya di musim kemarau saja, sekitar Mei – Oktober. Soalnya, pada musim hujan, November – April, hujan turun terus-menerus disertai angin topan yang disebut Bara Mpuu.
Kebanyakan penduduk tinggal di pegunungan yang disebut Tangkeno. Salah satu dari suku Moronene yang ada di Kabaena ada juga suku Bajo yang menghuni daerah pantai. Sejak dulu sampai kini mereka adalah pelaut nomaden. Jika sedang tidak berburu ikan hiu dan ikan pari, mereka duduk di bawah kerindangan pohon atau di perahu sambil main kecapi atau kartu domino. Ada juga yang pergi mendatangi paranormal yang berpraktik di gubuk-gubuk di tepi pantai. Mereka masih percaya pada petunjuk roh-roh nenek moyang yang disampaikan melalui perantaraan paranormal.
Di Timur Kabaena ada benteng peninggalan Belanda saat menguasai nusantara dan diperkirakan masuk Kabaena sekitar abad ke 13 hingga abad ke 14 yaitu masa pra islam masuk nusantara.
Benteng Tangkeno atau dalam bahasa Belanda disebut ”Fort Tangkeno”, terletak sekira 12 kilometer ke arah Timur dari objek wisata Wataroda. Bangunan ini adalah bekas pertahanan Belanda melawan musuh-musuhnya dan digunakan juga mbue-mbue Mokole melawan bajak laut Suku Tobelo.
Konfigurasi bangunan Benteng Tangkeno, saat ini tidak lagi kokoh. Ini karena tak ada perawatan.
Kini, bangunan bersejarah itu menjadi salah satu objek wisata masyarakat setempat atau tempat wisata para siswa SMP dan SMU yang dipandu Guru Sejarah mereka.
Siswa SMP negeri Teomokole sedang memperbaiki susunan bangunan Benteng yang runtuh
[Photo dokumentasi: jouzu]
Fri Jun 10, 2022 5:19 pm by dodolan
» Buah - Varau
Thu Dec 24, 2020 12:09 pm by kabaena
» 41 Istilah Pendakian
Wed Jan 23, 2019 11:19 am by kabaena
» Kabaena Kampo Tangkeno
Sat Oct 27, 2018 9:36 am by kabaena
» 5 Manfaat Ubi Jalar untuk Kesehatan Tubuh
Fri Oct 26, 2018 11:17 am by fla
» Berapa biaya sewa pesawat pribadi atau helikopter?
Wed Oct 24, 2018 10:05 am by fla
» Cara menggunakan 1 akun WhatsApp di 2 smartphone android
Fri Oct 12, 2018 7:32 am by kabaena
» Cara Mudah Membuka Proteksi Password Microsoft Office Excel Tanpa Software
Wed Sep 12, 2018 10:42 am by kabaena
» Serial Number NERO 6
Mon Sep 10, 2018 9:36 am by kabaena