Forum Kabaena™

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Berbagi Kabar & Info Disini - Follow Twitter @spiritualz_ dan @kabaena_

INFO UNTUK ANDA

Forum ini ada di Facebook

Share via Twitter

Follow Me : @kabaena_

Image hosted by servimg.com

Instagram Kabaena

Instagram

Kabaena Mailing List

Masukan Email Kamu:

Ngobrol Via Twitter

Latest topics

» HDD External New
Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif EmptyFri Jun 10, 2022 5:19 pm by dodolan

» Buah - Varau
Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif EmptyThu Dec 24, 2020 12:09 pm by kabaena

» 41 Istilah Pendakian
Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif EmptyWed Jan 23, 2019 11:19 am by kabaena

» Kabaena Kampo Tangkeno
Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif EmptySat Oct 27, 2018 9:36 am by kabaena

» 5 Manfaat Ubi Jalar untuk Kesehatan Tubuh
Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif EmptyFri Oct 26, 2018 11:17 am by fla

» Berapa biaya sewa pesawat pribadi atau helikopter?
Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif EmptyWed Oct 24, 2018 10:05 am by fla

» Cara menggunakan 1 akun WhatsApp di 2 smartphone android
Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif EmptyFri Oct 12, 2018 7:32 am by kabaena

» Cara Mudah Membuka Proteksi Password Microsoft Office Excel Tanpa Software
Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif EmptyWed Sep 12, 2018 10:42 am by kabaena

» Serial Number NERO 6
Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif EmptyMon Sep 10, 2018 9:36 am by kabaena

Your Space

LIVE STREAMING TV

Live Streaming

Online Radio Live

Radio Online

    Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif

    Rhina Bagea
    Rhina Bagea


    Jumlah posting : 285
    Join date : 15.05.10
    Age : 47
    Lokasi : Rahampuu

    Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif Empty Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif

    Post  Rhina Bagea Mon Jul 11, 2011 8:05 am

    Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif

    Jangan Cemas Punya Anak Hiperaktif Adhd-dalam-thinkstock


    Anak hiperaktif biasanya susah memusatkan perhatian, bereaksi cepat tanpa pikir panjang dan beraktifitas fisik yang berlebihan. Banyak orangtua yang kadang menyerah memiliki anak hiperaktif. Tapi jangan khawatir, anak hiperaktif juga bisa dikendalikan dan tak kalah pintar dari anak normal.

    Di Indonesia, sekitar 10 persen anak usia Sekolah Dasar (SD) mengalami perilaku hiperaktif. Anak hiperaktif menunjuk pada ketidakmampuan untuk mengontrol perilaku, sehingga aktivitas melebihi rata-rata anak pada umumnya. Perilaku hiperaktif ini dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain sebab kadangkala anak tidak bisa memperkirakan dampak akibat dari perilakunya.

    "Anak yang hiperaktif tidak selalu identik dengan bodoh atau kurang pintar. Anak tersebut hanya tidak bisa memusatkan perhatiannya dengan baik," kata Dr. M.G. Adiyanti, M.S., psikolog anak dari Fakultas Psikologi UGM seusai seminar "Apakah Anak Saya Hiperaktif?” di Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada (UGM.

    Adiyanti mengatakan anak hiperaktif berisiko tinggi untuk mengalami kegagalan dalam menjalankan tugas-tugas yang terstruktur, sehingga sang anak membutuhkan keteraturan dan ketekunan berkesinambungan. Di sekolah, hal yang banyak ditemui adalah kegagalan dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam pergaulan sehari-hari, anak hiperaktif seringkali mengalamai kesulitan terutama dalam mempertahankan pertemanan.

    Menurut dia, hiperaktivitas memiliki tiga gejala utama. Pertama, in-atensi yakni tidak dapat memusatkan perhatian. Kedua, impulsivitas atau mereaksi dengan cepat tanpa harus berpikir panjang. Ketiga hiperaktivitas, yakni aktivitas fisik yang berlebihan diatas usia rata-rata anak seusianya.

    Selain faktor fisiologis dan neurologis kata dia, dampak pola konsumsi obat tertentu menjadi faktor yang terjadinya hiperaktivitas. Jika penyebab keduanya tidak ditemukan, kemungkinan anak tersebut tidak mendapatkan cara pendidikan norma perilaku secara tepat.

    "Untuk mengatasinya, orang tua dan guru di sekolah harus mampu mengatur pola komunikasi dengan anak secara baik. Kebiasaan bertindak kasar dan bersuara keras pada anak sebaiknya dihindarkan," katanya.

    Sementara itu menurut dokter spesialis anak, dr. Ratih SPA, anak hiperaktif terjadi akibat gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Hal itu terjado pada 4-6 persen anak usia sekolah dan 2-4 persen pada usia dewasa.

    "Lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita. Umumnya pada anak sebelum usia 7 tahun," kata Ratih.

    Ratih mengatakan tujuh faktor yang menjadi penyebab anak jadi hiperaktif yakni faktor genetik, diet gula dan zat pengawet, pola asuh yang buruk, masalah keluarga, sekolah yang tidak efektif, adanya pengaruh rokok dan alkohol saat kehamilan serta adanya perlukaan di otak.

    Untuk mengetahui anak hiperaktif atau tidaknya, maka orang tua harus mengetahui gejala anak hiperaktif ditandai perilaku mudah frustasi, mudah menangis, overaksi dan cepat marah. Selanjutnya, ditunjukkan rasa percaya diri yang rendah, sulit berteman, sulit beradaptasi dan kurang matang secara sosial.

    "Kalau ada anak yang hiperaktif, selain perlu terapi konseling dan obat-obatan, perlu juga adanya peran orang tua dan sekolah dalam memberi pendidikan yang baik pada anak," katanya.

    Ratih mengatakan untuk mencegah anak jadi hiperaktif, orangtua disarankan untuk selalu menghargai anak apa adanya. Salah satu cara adalah habiskan waktu lebih banyak dengan anak. Selalu berbicara lembut dan gunakan bahasa yang positif. "Namun tidak mentolerir perilaku yang tidak sesuai," katanya.

    Menurut Ratih anak hiperaktif tidak bisa sembuh hanya dengan cara diobati. Namun butuh terapi dari psikolog, dokter anak, tim tumbuh kembang anak, dukungan keluarga dan guru sekolah yang baik. Dengan perawatan yang terintegerasi maka anak hiperakif bisa dikendalikan.

    "Anak yang hiperaktif bisa menjadi anak yang tidak kalah sukses jika hiperaktif dapat terkontrol, dan bisa bersosia lisasi dan disiplin yang baik," pungkas Ratih.



      Waktu sekarang Sun Apr 28, 2024 11:50 am