Forum Kabaena™

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Berbagi Kabar & Info Disini - Follow Twitter @spiritualz_ dan @kabaena_

INFO UNTUK ANDA

Forum ini ada di Facebook

Share via Twitter

Follow Me : @kabaena_

Image hosted by servimg.com

Instagram Kabaena

Instagram

Kabaena Mailing List

Masukan Email Kamu:

Ngobrol Via Twitter

Latest topics

» HDD External New
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai EmptyFri Jun 10, 2022 5:19 pm by dodolan

» Buah - Varau
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai EmptyThu Dec 24, 2020 12:09 pm by kabaena

» 41 Istilah Pendakian
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai EmptyWed Jan 23, 2019 11:19 am by kabaena

» Kabaena Kampo Tangkeno
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai EmptySat Oct 27, 2018 9:36 am by kabaena

» 5 Manfaat Ubi Jalar untuk Kesehatan Tubuh
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai EmptyFri Oct 26, 2018 11:17 am by fla

» Berapa biaya sewa pesawat pribadi atau helikopter?
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai EmptyWed Oct 24, 2018 10:05 am by fla

» Cara menggunakan 1 akun WhatsApp di 2 smartphone android
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai EmptyFri Oct 12, 2018 7:32 am by kabaena

» Cara Mudah Membuka Proteksi Password Microsoft Office Excel Tanpa Software
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai EmptyWed Sep 12, 2018 10:42 am by kabaena

» Serial Number NERO 6
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai EmptyMon Sep 10, 2018 9:36 am by kabaena

Your Space

LIVE STREAMING TV

Live Streaming

Online Radio Live

Radio Online

2 posters

    Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

    liana
    liana


    Jumlah posting : 1168
    Join date : 01.12.09

    Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Empty Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

    Post  liana Thu Feb 03, 2011 12:40 pm

    Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

    Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai 1286158684f1bokssss
    Empat Ekosistemnya Tersebar di Empat Kabupaten

    Ekosistem di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) mengalami degradasi. Penurunan populasi dan meningkatnya aksebilitas masyarakat di areal yang seharusnya terlarang itu, makin mengancam eksistensinya. Apa saja yang masih bertahan di areal seluas 105,194 hektar itu saat ini?

    Mungkin saat menjejakkan kaki di TNRAW, banyak yang tidak sadar tengah berada di daerah perlindungan. Memang, selain pintu gerbang dan kantor balai, hampir tidak dijumpai lagi di daerah terbuka sebuah penanda bahwa daerah tersebut merupakan taman nasional. Karenanya tidak heran, banyak warga yang masih asing dengan TNRAW.

    Bahkan masih banyak masyarakat yang salah mengartikan ketika ditanya arah TNRAW. Beberapa masyarakat di kecamatan Andoolo misalnya, ketika ditanya, banyak yang menunjuk ke arah kecamatan Motaha, padahal seharusnya TNRAW terletak di Kecamatan Tinanggea.

    Mereka menganggap TNRAW sebagai Rawa Aopa, salah satu ekosistem TNRAW yang bernama Rawa Aopa dan terletak di kecamatan Motaha. Masyarakat masih mengenal TNRAW sebagai PPA (pengembangan dan perlindungan alam). Memang sebelumnya, daerah tersebut dikelola oleh PPA yang sekarang berubah menjadi Badan koordinasi Sumber daya alam (BKSDA).

    Sungguh aneh, sepertinya masyarakat masih belum pernah mengenalnya. Padahal salah satu ruas jalan yang menghubungkan antara Konawe Selatan dengan Bombana membelah areal TNRAW. Tepatnya sejak memasuki pintu gerbang dari arah Konsel hingga 24 Km sesudahnya di kecamatan Lantari Jaya Bombana. Areal tersebut merupakan savannah (padang rumput luas) yang merupakan salah satu dari empat ekositem yang dimiliki TNRAW.

    Ekosistem savannah itu membentang dari batas akhir zonasi hutan bakau di sisi timur TNRAW hingga gunung Watumohai dan Mendoke yang terletak di sisi barat. Savannah yang didominasi alang-alang, serta pohon Longgida, Agel, Lontar dan Tipulu itu membentang seperti karpet hijau seluas 22.964 hektar.

    Ekosistem savannah merupakan bagian dari Taman Buru (TB) Watumohai. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No.444/Kpts-II/1989, TB Watumohai digabung bersama suaka margasatwa Rawa Aopa menjadi TNRAW. Sebelum penggabungan tersebut, pada tahun 1976 Watumohai dijadikan TB berdasarkan SK Menteri Pertanian No.648/Kpts/um/10/976 dengan luas 50.000 hektar.

    Menurut Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan TNRAW Dwi Putro Sugiarto, ada dua faktor penting yang menjadi pertimbangan areal gunung Watumohai ditetapkan sebagai daerah wisata berburu. ’’Pertama, pembinaan secara khusus olah raga berburu, rekreasi dan pariwisata. Kedua, keadaan populasi vegetasi dan kondisi hutan di sekitar gunung Watumohai memenuhi syarat untuk dilaksanakan perburuan,’’ ujarnya.

    Sudah puluhan tahun ekosistem savannah tumbuh di TNRAW, tapi sekian lama pula daerah tersebut tidak berkembang. Dominasi alang-alang seperti menghambat pertumbuhan jenis tumbuhan lain. Jika diperhatikan dengan seksama, memang hanya di daerah pinggiran aliran sungai saja yang keanekaragaman tumbuhannya tinggi, sedangkan di daerah terbuka hanya terdapat beberapa pohon Agel dan Longgida. Hal itu membuat pemerintah sempat mengajukan perubahan fungsi savannah pada tahun 2009 karena dianggap tidak produktif lagi.

    Tapi menurut Sugi (panggilan akrab Dwi Putro Sugiarto) tingginya dominansi savannah bukan menandakan daerah tersebut tidak produktif. Seharusnya ungkap Sugi, ekosistem savannah memang seperti itu, tidak tumbuh lebih tinggi lagi dan tidak bisa ditumbuhi tumbuhan lainnya. ’’Itu sudah maksimal. Kalau datang 10 tahun lagi, padang savannahnya tetap begitu, tidak akan bertambah lagi,’’ jelasnya.

    Ekosistem savannah yang dulunya hanya satu kawasan, kini sudah terbelah dua secara permanen dengan dibukanya jalan trans Konsel-Bombana. Bisa jadi kondisi itu mengancam kelangsungannya. Padahal savannah masih menyimpan bermacam keunikan kawasan. Misalnya saja, menjadi hunian satwa langka prioritas nasional seperti maleo, kakatua jambul kuning dan anoa dataran rendah.

    Savannah juga jadi tempat mencari makan rusa. Sedangkan di savannah Lanowulu dan Langkowala menjadi tempat jelajah utama monyet hitam khas Sulawesi Tenggara atau yang bernama latin Macaca ochreata. Beberapa jenis elang dilindungi khas Sulawesi juga hidup pada ekosistem ini, salah satu diantaranya elang Sulawesi. Selain itu, savannah jadi penyanggah yang menahan laju erosi dan endapan lumpur pada muara ekosistem mangrove.

    ’’Rencana tersebut juga mengancam satwa-satwa langka yang hidup atau memiliki daerah jelajah di savannah. Selain itu, perambahan savana juga terjadi untuk tempat tinggal penduduk di Lampopala, Langkadue dan Lapa Laea, memang saat ini sebagian sudah keluar, sedang di Pada Laea semuanya sudah keluar," ungkap Sugi.

    Ironis jika sampai pemerintah serius mengusul perubahan fungsi savannah. Usulan tersebut akan mengancam kehidupan nelayan yang memanfaatkan mangrove. Sebabnya savannah merupakan hulu sungai yang bermuara di laut yang melintasi ekosistem mangrove. Padahal jumlah masyarakat yang mendiami ekosistem mangrove lumayan banyak dan hanya menggantungkan hidup sebagai nelayan tradisional dengan menangkap udang serta kepiting bakau dan rajungan.

    Ekosistem mangrove terletak di bagian selatan kawasan, membentang dari barat ke timur sepanjang 24 km dengan luas 6.173 hektar. Kelimpahannya juga sangat tinggi. Dalam kawasan tersebut, sedikitnya terdapat 27 jenis tumbuhan, yang didominasi Rhizophora mucronata, Avicennia alba dan Bruguiera gymnorrhyza.

    Areal mangrove juga menyimpan beragam kekayaan satwa seperti buaya, anoa, babi hutan, berbagai jenis ikan, udang, kepiting bakau, Burung pecuk ular, Wilwo dan Bangau.

    Satu kesyukuran kata Sugi, ekosistem mangrove TNRAW, tergolong masih utuh dan bagus dibandingkan kondisi hutan mangrove lain di Sulawesi. Ketebalan hutan mangrove dari titik terdalam sampai pantai mencapai 7 km. Di situ, dapat dijumpai banyak pohon mangrove berdiameter satu sampai dua meter. Selain itu, mangrove juga menjadi habitat anoa dataran renah yang merupakan ikon Sultra. Satwa ini tergolong langka dan menjadi satwa prioritas nasional untuk dilindungi.

    Sugi menjelaskan, ada empat ekosistem yang menjadi pertimbangan pemerintah pusat meningkatkan status Rawa Aopa dan Watumohai menjadi TNRAW. Keempatnya adalah ekosistem savannah, mangrove, rawa dan pegunungan dataran rendah. Istimewanya, TNRAW betul-betul menggambarkan Sultra. Selain menjadi habitat anoa dataran rendah yang menjadi simbol Sultra, juga tersebar di empat Kabupaten yakni Konawe Selatan, Bombana, Kolaka dan Konawe.

    Ekosistem rawa menempati urutan ketiga dari sisi luas wilayah. Ekosistem ini terbagi meliputi Rawa Aopa seluas 12.000 hektar dan Rawa Lere di bagian tengah kawasan seluas 600 hektar. Rawa di TNRAW merupakan daerah depresi yang terletak di antara Pegunungan Mendoke, Motaha dan Makaleleo. Kondisinya selalu tergenang sepanjang tahun, karena menjadi muara beberapa sungai yang ada, sebelum mengalir ke Sungai Konaweeha di bagian utara dan Sungai Roraya di bagian selatan kawasan.

    Diantara ekosistem lainnya, sebenarnya ekosistem inilah yang memiliki nilai tertingi karena merupakan perwakilan rawa gambut sulawesi. Bahkan terang Sugi, saat ini Rawa Aopa sedang dalam proses pengusulan pemerintah Indonesia untuk menjadi situs perlindungan lahan basah internasional melalui Konvensi Ramsar.

    "Rawa Aopa menjadi tempat hidup berbagai jenis burung air dan satwa migran langka seperti burung wilwo. Tempat mencari makan masyarakat sekitar Rawa Aopa di Kecamatan Puriala dan Angata, dan yang terpenting sebagai salah satu daerah tangkapan air yang memasok DAS (aerah aliran sungai) Sampara yang menjadi sumber air PDAM Kota Kendari.

    Berdasarkan tipenya, Rawa Aopa sebagian besar digolongkan sebagai non-forested peat swamp, atau rawa gambut yang tidak berpohon, tetapi tidak terbuka seluruhnya karena tertutup oleh vegetasi rumput totole pada wilayah tertentu. Jenis tumbuhan lainnya yang terdapat dalam jumlah besar adalah teratai merah, totole, Uti, Holea, Wewu dan Sagu.

    Meski mendapat apresiasi dari pemerintah pusat, tapi daerah tersebut terus mendapat tekanan dari lingkungan sekitarnya. beberapa tahun belakangan ini, terjadi penurunan debit air di musim kemarau. TNRAW melihat salah satu penyebabnya karena makin maraknya illegal logging di daerah hulu. "Bahkan saat ini terjadi penurunan populasi burung air yang dilindungi. Tapi kita tetap melakukan patroli hutan, penyuluhan di desa sekitar, mendirikan papan informasi serta melakukan penelitian," jelasnya.

    Ekosistem terakhir dan terluas di TNRAW adalah ekosistem hutan pegunungan dataran rendah. Ekosistem ini terdapat mulai kawasan datar hingga daerah bergunung dengan tipe vegetasi yang sangat beragam. Tepatnya berada antara Rawa Aopa hingga ke gunung Makaleleo di bagian utara, serta sekitar Pegunungan Mendoke, Gunung Watumohai hingga ke bagian kakinya. Selain itu tipe ekosistem ini terdapat pula di sepanjang alur-alur sungai di tengah savannah.

    Sayangnya ekosistem seluas 64.569 hektar ini terancam degradasi paling tinggi. Hal itu ditandai dengan banyaknya pembalakan liar di lokasi-lokasi yang berbatasan dengan pemukiman masyarakat seperti di SP 1 Kecamatan Lalembuu, Lambandia dan Kecamatan Puriala. Kondisi tersebut diperparah dengan perambahan untuk perkebunan coklat di Lambandia dan Ladongi.

    Padahal sebagaimana hutan tropis pada umumnya, hutan dataran rendah di TNRAW juga banyak ditumbuhi jenis rotan, liana, perdu dan herba. Bahkan areal ini juga menyimpan kayu-kayu incaran utama perambah seperti Kalaero, Kulipapo, Bitti, Kayu Nona, kayu Bayam dan Kalapi.(* laporan Eko Mardiatmo, Kendari )

    WitchSoft
    WitchSoft


    Jumlah posting : 52
    Join date : 10.01.11
    Age : 49
    Lokasi : Jakarta

    Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Empty Re: Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

    Post  WitchSoft Fri Feb 04, 2011 11:27 pm

    malah baru tahu sekarang Tinanggea punya taman nasional ini wink crazy

      Waktu sekarang Mon May 13, 2024 4:20 pm