Forum Kabaena™

Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Berbagi Kabar & Info Disini - Follow Twitter @spiritualz_ dan @kabaena_

INFO UNTUK ANDA

Forum ini ada di Facebook

Share via Twitter

Follow Me : @kabaena_

Image hosted by servimg.com

Instagram Kabaena

Instagram

Kabaena Mailing List

Masukan Email Kamu:

Ngobrol Via Twitter

Latest topics

» HDD External New
Facebook di Jepang EmptyFri Jun 10, 2022 5:19 pm by dodolan

» Buah - Varau
Facebook di Jepang EmptyThu Dec 24, 2020 12:09 pm by kabaena

» 41 Istilah Pendakian
Facebook di Jepang EmptyWed Jan 23, 2019 11:19 am by kabaena

» Kabaena Kampo Tangkeno
Facebook di Jepang EmptySat Oct 27, 2018 9:36 am by kabaena

» 5 Manfaat Ubi Jalar untuk Kesehatan Tubuh
Facebook di Jepang EmptyFri Oct 26, 2018 11:17 am by fla

» Berapa biaya sewa pesawat pribadi atau helikopter?
Facebook di Jepang EmptyWed Oct 24, 2018 10:05 am by fla

» Cara menggunakan 1 akun WhatsApp di 2 smartphone android
Facebook di Jepang EmptyFri Oct 12, 2018 7:32 am by kabaena

» Cara Mudah Membuka Proteksi Password Microsoft Office Excel Tanpa Software
Facebook di Jepang EmptyWed Sep 12, 2018 10:42 am by kabaena

» Serial Number NERO 6
Facebook di Jepang EmptyMon Sep 10, 2018 9:36 am by kabaena

Your Space

LIVE STREAMING TV

Live Streaming

Online Radio Live

Radio Online

    Facebook di Jepang

    liana
    liana


    Jumlah posting : 1168
    Join date : 01.12.09

    Facebook di Jepang Empty Facebook di Jepang

    Post  liana Sat Feb 20, 2010 1:10 pm

    Facebook di Jepang Japanese_commuters460

    Beberapa kali saya pernah mengirimkan invitation ke teman mahasiswa Jepang untuk ikut bergabung di FaceBook (FB). Tapi undangan saya tersebut sangat jarang ditanggapi oleh teman saya. Ada satu dua orang yang menjadi anggota, tapi itupun tidak aktif. Hanya sekedar membuka account saja. Yang lumayan aktif biasanya hanya mahasiswa Jepang yang mempunyai banyak teman mahasiswa asing.

    Tahun 2008 Mark Zuckerberg membuat aplikasi bahasa Jepang untuk menarik lebih banyak peminat FB dari negeri sakura. Ternyata harapan itu tidak terpenuhi. Memang sebagian besar warga Jepang sangat tidak terbiasa dengan aplikasi berbahasa Inggris. Tetapi ketika YouTube membuat aplikasi berbahasa Jepang, berbondong-bondong orang Jepang mengupload video ke sana. YouTube relativ lebih disenangi dibandingkan dengan FB. Ternyata bahasa bukan kendali utama bagi menjamurnya FB di Jepang.

    Untuk menjadi anggota FB, kita diharuskan mengisi data-data pribadi yang nantinya dicantumkan kepada orang yang menjadi teman kita. Sementara YouTube cuma mensyaratkan nama (itupun tidak perlu nama asli) dan alamat email . Di sinilah masalahnya. Sebagian besar orang Jepang tidak mau memperlihatkan data dan kehidupan pribadinya kepada banyak orang. Sebagai contoh, dengan memperlihatkan tanggal, bulan dan kelahiran kita, dipercaya dapat digunakan untuk mengetahui karakter kita yang sangat berbahaya apabila digunakan untuk kepentingan tidak baik.

    Selain itu, orang Jepang juga tidak terlalu suka menonjolkan jati dirinya di hadapan orang banyak. Mereka terbiasa hidup berkelompok dan bekerja juga dalam kelompok. Kita mungkin kenal dengan produk walkman, tapi kita tidak tahu siapa penemunya, kecuali dari Sony Corpporation. Juga tamagochi yang terkenal itu, oleh perusahannya, sang penemu mendapat perlakuan sama dengan pegawai lainnya dan dianggap sebagai bagian dari kerja kelompok.

    Dalam berinternetpun, orang Jepang lebih suka memakai identitas lain atau bukan nama sebenarnya. Tahun 2005 ada satu kisah nyata tentang warga Jepang yang bercurhat dalam suatu forum Internet. Pemuda Jepang tersebut adalah orang yang suka dengan komik (manga), game, animasi dan bergaya agak aneh. Di Jepang orang seperti ini disebut “otaku”. Dalam suatu perjalanan di kereta api, dia berhasil menolong seorang wanita cantik berpendidikan tinggi dari gangguan orang mabuk. Keinginannya untuk mendekati dan mencintai wanita tersebut dicurahkan dalam sebuah forum Internet. Dalam setiap langkah untuk mendekati sang wanita, dia menceritakannya di forum tersebut. Banyak sekali tanggapan, saran dan dukungan kepada pemuda tersebut. Kisah ini akhirnya menjadi populer dan dijadikan sebuah film, sinetron dan komik dengan judul “Densha Otoko” (Train Man). Sampai sekarang, identitas asli Train Main ini tidak diketahui.

    Selain itu, ada juga rasa mawas diri dari orang Jepang untuk tidak membagi identitas, foto dan kehidupan pribadinya. Terutama para wanitanya. Mereka tidak mau diganggu oleh orang-orang iseng yang mengetahui identitas mereka melalui FB. Pernah juga ada kasus ketika seorang mahasiswi yang punya blog didatangi oleh pemuda Amerika yang ingin berkenalan dengannya. Sang mahasiswi menolak dan sempat terjadi kehebohan di kampus. Sejak saat itu ada himbauan di kampus untuk tidak membuka kehidupan pribadi melalui blog. Demikian cerita salah satu professor saya.

    Jadi budaya masih banyak mempengaruhi orang Jepang untuk tidak sembarangan berinternet. Sementara di Indonesia banyak yang dengan secara sengaja membagi-bagikan nomor HP, alamat, nomor PIN BlackBerry dan identitas lainnya di FB mereka. Tanpa disadari, kalau ada orang yang berniat tidak baik, data-data ini bisa dengan sangat mudah dimanfaatkan untuk kejahatan.

      Waktu sekarang Mon May 13, 2024 7:51 pm